bike FOR fun

Minggu, 04 Maret 2012

Ojek Sepeda Diantara Transportasi Canggih


OJEK DI ANTARA deru mesin yang memburu dari kendaraan bermotor yang berseliweran di jalan raya, kayuhan kaki para ojek sepeda ini pun tetap tak mau kalah. Mereka tetap berpacu dan mampu bersaing dengan kendaraan angkutan lainnya tanpa takut kehilangan lahan.

Ojek sepeda seperti tak tergilas oleh waktu dan keadaan. Mereka tetap ada dan tetap dibutuhkan pelanggannya. Seperti siang itu saat Heri (42) sang ojek sepeda berlari mendekati seorang penumpang wanita yang turun dari kendaraan umum. Setelah itu langsung mengayuh sadel saat penumpang telah duduk di jok belakang.

Harus diakkui ditengah perkembangan teknologi transportasi, kehadiran ojek sepeda masih diminati masyarakat. Bahkan alat transportasi zaman dulu yang masih menggunakan tenaga manusia ini masih bisa di temui di beberapa sudut kota. Salah satunya di kawasan kota, Jakarta Barat.

"Saya mangkal disini 8 tahun dan masih banyak kok orang yang naik ojek sepeda, tapi memang dibandingkan tahun sembilan puluhan sekarang lebih sedikit penumpangnya,"kata Heri yang telah 15 tahun menjadi ojek sepeda.

ojek_sepeda seperti Pak Heri tidaklah sendiri, di kawasan kota tua itu masih banyak ojek sepeda yang dapat kita jumpai. Hal ini tentunya mematahkan spekulasi yang mengatakan keberadaan ojek sepeda mengalami ancaman kepunahan."Memang, jika dibandingkan dulu jumlah pengojek sepeda berkurang. Tapi, pengurangan tersebut tidak lah terlalu banyak"ungkap Heri.

Menurut Heri, sebelum menjadi pengojek sepeda ia pernah bekerja sebagai buruh pabrik besi. Namun kemudian perusahaannya gulung tikar dan ia pun beralih menjadi pengojek sepeda,"Ya... mau gimana lagi daripada istri dan anak saya tidak makan,"jelas Ayah tiga anak ini.

Pria asal Demak ini mengaku, dirinya pernah ditawari untuk menjadi tukang ojek motor, namun karena tidak ada moda,l ia pun harus mengurungkan niatnya itu,"Abis gimana, cicilannya mahal," katanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Azis (41) teman seprofesinya. Menurutnya, ia lebih tertarik menjadi tukang pengayuh sepeda dibandingkan pengojek motor. Sebab, selain tidak menimbulkan polusi udara, mengayuh sepeda sudah termasuk bagian dari olahraga sehari-hari.
 
Bicara mengenai harga, Azis mengaku tarifnya dihitung sesuai dengan jarak tempuh. "Paling murah Rp 3 ribu dan yang paling mahal Rp.20 ribu," jelas pria yang menggeluti profesi ini selama 7 tahun. Mengenai profesinya ini, Azis bercerita pernah mempunyai pengalaman lucu saat mengojek sepeda.

Suatu hari Azis pernah mendapat pelanggan wisatawan asing, karena tidak bisa berbicara bahasa Inggris Azis pun menggunakan bahasa isyarat untuk bernegosiasi harga. Ketika itu Azis menawarkan harga Rp. 20 ribu sambil mengangkat jari sambil menunjukkan angka dua dan si turis pun mengiyakan. Setelah tiga jam berkeliling akhir si turis membayar Azis. Bukanya senang karena telah dibayar, Azis pun malah marah-marah kepada turis, bagaimana tidak si turis hanya membanyar Rp 2ribu, ternyata si turis salah sangka dia pikir harga yang ditawarkan Rp 2 ribu ternyata Rp. 20 ribu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar